Sabtu, 11 Oktober 2008

BSE, Buku Murah Yang Tidak Efisiensi


MADIUN - Pemberlakuan program buku sekolah elektronik (BSE) sebagai buku inti siswa yang berharga murah sejauh ini masih membingungkan banyak pihak. Karena banyak kendala yang akan dihadapi, seperti halnya di Kabupaten Madiun dimana sekolah banyak tersebar dipelosok desa atau kampung.

Sehingga masih sulit merespon kebijakan ini, salah satunya adalah masalah efisiensi waktu dan biaya ketika men-download. Karena men-download satu judul buku saja bisa memakan waktu berjam-jam. Semakin lama waktu men-download, makin besar pula ongkos bayar internet dan belum lagi ongkos cetaknya.

Disamping itu dengan peluncuran BSE sebagai buku inti disekolah menuntut para guru untuk belajar kembali. Mereka harus menyesuaikan materi pelajaran dalam BSE, sebab beda buku dan pengarang tentu beda pula materi dan isinya.

Masalah lain yang muncul adalah akses BSE, karena tidak semua murid maupun guru mampu mengakses BSE. Dan juga tidak semua murid atau guru mempunyai komputer untuk dapat membaca buku-buku tersebut dalam bentuk file.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Madiun mengambil langkah-langkah agar para siswa tetap dapat menggunakan BSE. “Maka kita menganjurkan kepada masing-masing sekolah untuk menggandakan BSE dalam bentuk cetak dan anggarannya bisa diambilkan dari BOS buku,” jelas Sumardi Kepala Dinas pendidikan Kabupaten Madiun pada Radar Minggu.

Ketua PGRI ini juga menjelaskan bahwa BOS buku ini hanya untuk siswa SD dan SMP dengan nilai Rp. 12 ribu per buku, sedangkan untuk SMA/SMK akan dibebankan pada siswa. “Tahun depan akan kita ajukan ke pemerintah agar untuk penggandakan BSE pada SMA juga dianggarkan dalam APBD, biar tidak membebani para murid,” kata Sumardi.

Pihak Dindik juga menyadari bahwa banyak guru yang belum melek internet apalagi di daerah kabupaten ini belum banyak jaringan internet. Disamping itu juga diusahakan mencari referensi dari buku lain diluar BSE agar siswa memperoleh penjelasan lebih dalam. Karena siswa masih butuh pengayaan materi dari buku atau bahan lain. Dengan begitu guru dituntut untuk lebih kreatif mengembangkan materi-materi pembelajaran.

Permasalahan BSE ini juga membuat bingung para wali murid yang kurang mampu. Karena bila harus mengakses lewat internet, maka mereka harus menambah jatah buat anaknya untuk men-download dan cetak (di-print) yang tidak murah biayanya.

“Terus uang mana lagi yang harus kami gunakan, karena untuk transport dan lainnya saja kami sudah berat,” tegas Hariyadi yang anaknya sekolah disalah satu SMP di Mejayan. Jika itu dipaksakan, siswa malah akan mengalami kemunduran karena siswa akan malas.

“Padahal dengan buku yang ada gambar, warna dan dengan kualitas yang baik akan memancing siswa untuk membacanya,” tambah Hariyadi. Dan bagaimanapun juga buku bisa mempengaruhi terhadap siswa untuk lebih kretif dan belajar. Dan langkah yang akan dilakukan Dindik Kabupaten Madiun untuk penggandaan BSE dengan bentuk cetak, membuat sebagian para orang tua lega sedangkan ortu para siswa SMA/SMK juga mengharap-harap kebijakan tersebut. [dio]

Tidak ada komentar:



INFO KERJA